Bekasi, berada di pinggiran timur Jakarta. Sehari-hari, kota ini lekat dengan kesan tingkat kemacetan yang tinggi, kehidupan industri yang sibuk, urbanisasi yang tinggi, atau persoalan-persoalan pembangunan lainnya. Kota yang sibuk di siang hari dan gemerlap di malamnya.
Namun, diantara semua itu, ada yang juga menarik dari Bekasi. Di antara kesibukan warga dan kotanya, Bekasi masih memiliki tradisi-tradisi yang khas, yang dijaga sebagai warisan budaya.
Tradisi-tradisi ini mencerminkan kekayaan budaya Betawi dan Sunda, dua suku utama yang mempengaruhi kehidupan masyarakat Bekasi. Beberapa tradisi yang masih dijalankan di Bekasi diantaranya adalah: tradisi ngarak penganten, lenong, dan upacara Nyorog.
Tradisi-tradisi ini, selalu melibatkan masyarakat asli Bekasi, yang
sebagian besar adalah keturunan Betawi dan Sunda. Selain itu, tradisi ini juga melibatkan tokoh-tokoh masyarakat, seniman, dan generasi muda.
Biasanya, mereka yang muda, berperan dalam melestarikan dan menghidupkan kembali tradisi-tradisi tersebut di tengah gempuran budaya modern. Keluarga, tetangga, dan warga setempat biasanya turut serta dalam berbagai acara tradisional, menunjukkan betapa kuatnya rasa kebersamaan dan gotong royong di Bekasi.
Tradisi-tradisi di Bekasi umumnya dilakukan pada waktu-waktu tertentu
yang memiliki makna khusus dalam kehidupan masyarakat. Misalnya, tradisi ngarak penganten dilakukan saat upacara pernikahan, sementara lenong, sebagai pertunjukan seni, biasanya dipentaskan pada acara-acara besar seperti perayaan Hari Kemerdekaan atau acara adat.
Upacara Nyorog, tradisi khas Betawi, dilakukan menjelang bulan Ramadan, di mana keluarga saling mengirimkan makanan sebagai simbol saling berbagi.
Tradisi-tradisi ini tersebar di berbagai wilayah di Bekasi, baik di kawasan perkotaan maupun pedesaan. Meskipun Bekasi telah berkembang menjadi kota metropolitan, tradisi-tradisi ini masih dapat ditemui di lingkungan masyarakat yang lebih tua, terutama di daerah-daerah yang masih mempertahankan budaya Betawi dan Sunda.
Misalnya, tradisi ngarak penganten sering dilakukan di desa-desa atau kampung-kampung di Bekasi. Sementara lenong dan pertunjukan seni lainnya sering diadakan di balai desa atau tempat-tempat umum saat ada perayaan besar.
Tradisi-tradisi di Bekasi dilakukan sebagai bentuk penghormatan
terhadap leluhur dan upaya untuk menjaga identitas budaya di tengah arus modernisasi. Meskipun Bekasi mengalami perubahan besar sebagai kota industri, masyarakatnya tetap berupaya mempertahankan tradisi-tradisi yang sudah menjadi bagian integral dari kehidupan mereka.
Ngarak penganten, misalnya, adalah cara untuk merayakan dan menghormati ikatan pernikahan dengan penuh kebahagiaan dan kebersamaan. Lenong dipertahankan sebagai sarana hiburan sekaligus sebagai media untuk menyampaikan pesan-pesan moral dan sosial.
Proses pelaksanaan tradisi-tradisi di Bekasi dimulai dengan persiapan
yang melibatkan banyak orang dan memerlukan koordinasi yang baik. Untuk tradisi ngarak penganten, misalnya, keluarga pengantin biasanya mempersiapkan segala sesuatunya mulai dari dekorasi, pakaian adat, hingga prosesi arak-arakan yang melibatkan musik tradisional seperti tanjidor.
Lenong, sebagai pertunjukan seni, melibatkan para pemain yang sudah berlatih selama beberapa minggu untuk menyajikan cerita-cerita yang relevan dengan kehidupan sehari-hari masyarakat Bekasi. Sementara itu, upacara Nyorog melibatkan persiapan makanan dan parcel yang akan dibagikan kepada kerabat dan tetangga sebagai bentuk
kepedulian dan rasa syukur.
Tradisi-tradisi di Bekasi adalah cerminan dari kekayaan budaya dan
warisan leluhur yang tetap hidup di tengah perkembangan kota yang pesat. Ngarak penganten, lenong, dan upacara Nyorog menunjukkan betapa kuatnya identitas budaya Betawi dan Sunda dalam kehidupan masyarakat Bekasi.
Meskipun modernisasi dan urbanisasi membawa perubahan besar, tradisi-tradisi ini terus dipertahankan sebagai bagian integral dari kehidupan masyarakat.(Arif Sulaiman)